Jumat, 21 September 2012

Cetak Brosur Dengan Printer


Cetak Brosur Dengan Printer

Yup ide yang Briliant Dan Smart !! Peluang usaha membuat brosur sendiri apalagi tanpa minimal order sekarang bisa Kita lakukan sendiri dirumah.Gak usah dilempar ke luar apalagi ke mesin cetak besar,butuh minimal order pastinya,minimal 2 rim alias 1000 lembar.Lah kalau yang mau order pengennya cuman 30 lembar? apa mesti dlempar? ya jelas gak maulah percetakan-nya ! Peluang usaha, membuat brosur murah, cepat, di rumah sendiri. Banyak orang sebenarnya sangat membutuhkan cetak brosur secara rutin. Sebagai bagian dari promosi usaha atau untuk mengenalkan fitur-fitur baru pada calon konsumen, pembuatan brosur dinilai cukup efektif menjelaskan program atau promosi tertentu. Sayangnya, membuat brosur murah jadi relatif, karena harga cetak brosur tidak bisa dibilang murah jika Anda hanya membutuhkan sedikit brosur. Bayangkan! Kalau Anda bisa mencetak brosur sendiri di rumah. Menguntungkan bahkan bisa jadi peluang usaha membuat brosur.
Dengan beragam aplikasi komputer, membuat brosur sekarang ini bukan lagi hal yang rumit. Dengan mengubah template sedikit-sedikit, Anda sudah bisa mendapatkan brosur yang unik. Bahkan tanpa mesti menguasai kemampuan grafis secara mendalam. Namun begitu, masalah akhirnya adalah dukungan keuangan untuk mencetak brosur. Gak usah cemas dulu Bro,coba aja pakai tinta Artpaper kami sekalian jadikan peluang usaha rumahan… untungnya lumayan lah buat rokok syukur2 bisa kaya dari usaha cetak-mencetak brosur… lanjuuut !!
Bikin Brosur Sendiri Yuuk …
Secara umum perusahaan percetakan layanan cetak brosur, mematok harga pembuatan brosur ukuran A4 adalah Rp. 300 dengan batas minimum cetak 1.000 lembar. Tetapi harga ini akan beda kalau Ente cuma mencetak brosur sebanyak 50-75 lembar. Harganya bisa membengkak berlipat2.
Bandingkan dengan biaya yang akan Anda keluarkan jika memfungsikan printer Epson Anda sebagai mesin cetak brosur. Dengan menggunakan Art Paper Smart Ink, Anda hanya memerlukan kertas jenis art paper atau glossy untuk diprint sebagai bahan brosur.Contoh, harga kertas tersebut adalah Rp 250 per lembar, “pengeluaran” Art paper Smart Ink adalah Rp. 100 per lembar (dua halaman), biaya produksi kan cuma Rp.350,-terus Brosur Kita jual sekitar Rp 1.000 nah, lumayan kan?
Tinta Art Paper smart Ink ini juga gak perlu pakai vernis atau lapisan UV, karena tinta Art paper Smart Ink ini sudah ada sistem anti-UV dan waterproof memungkinkan hasil cetak cepat kering. Bahkan untuk 50 lembar brosur, Anda mungkin hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 1 jam saja.
Intinya, tinta Art paper smart ink ini bisa dijadikan peluang usaha mulai dari bikin brosur,kartu nama,undangan,id card,dll ya cukup skala rumahan lah.jangan muluk2 deh kalau mau mengalahkan mesin cetak yang harganya ratusan juta !! Wani Piro? hahahha berpikir realistis sajalah Bro ! Tapi setidaknya dengan kehadiran tinta Art Paper Smart Ink sudah bisa memberikan peluang usaha dan pemasukan buat kantong Kita kan?
Tertarik dengan tinta art paper smart Ink? atau inging membeli paket printernya? Silahkan di ubek-ubek blog ini Bro…..

Inilah Kisah Pengusaha Sukses yang Berusia 18 Tahun

INilah.. Kisah Pengusaha Sukses yang Berusia 18 Tahun


Bisnis aneka minuman cepat saji kian mengalir. Mulai mengusung merek pribadi hingga waralaba (franchise). Bahan dasarnya bisa susu, cincao, teh, sinom alias jamu, buah, hingga yang serba racikan sendiri. Bisnis teh kemasan siap saji misalnya, banyak diminati lantaran keuntungan yang diperoleh cukup besar, cara pembuatannya juga tak sulit.
Meracik teh yoghurt kini menjadi andalannya. Padahal, Victor Giovan Raihan, pelajar 18 tahun ini, semula hanya iseng-iseng saja membuat minuman yang memadukan teh dan susu fermentasi ini. Hasilnya, minuman olahannya ternyata memiliki banyak penggemar.




“Modal awalnya Rp 3 juta dengan meminjam dari orangtua sekitar 2010. Saat ini per outlet paling apes menghasilkan Rp 2 juta per bulan. Outlet lain yang ramai bisa lebih dari itu,” aku pemilik merek Teh Kempot ini.
Ide menamai Teh Kempot berasal dari cara orang minum teh kemasan dengan sedotan, jika teh terasa enak dan hampir habis pasti orang akan terus menyedot hingga bentuk pipinya kempot. Begitu kira-kira harapan Victor menjadikan teh yoghurt berasa paling yummy.
Sulung dua bersaudara yang bersekolah di SMA Negeri 1 Kepanjen ini memiliki 10 outlet yang dikelola sendiri dan 17 outlet yang dikelola oleh mitranya. Bermitra dengannya cukup bayar Rp 3,5 juta dan akan mendapatkan 1 paket booth (gerobak), alat masak dan 100 cup (gelas kemasan) pertama. Dua mitra diantaranya ada di Jakarta dan Palembang, lainnya tersebar di Kota Malang.
“Saya belum berani menjual hak dagang secara franchise karena masih sangat pemula. Jujur saja bisnis teh kemasan siap saji ini marjin keuntungannya bisa 350 persen. Kalau kuliner seperti, Bakso Mercon yang sedang saya kelola, marjin keuntungannya hanya 100 persen,” lanjut putra pasangan Sri Winarsih dan Bambang Hermanto.
Victor memang lebih dulu mengelola bisnis bakso, ketimbang teh yoghurt. Outlet baksonya baru ada lima, kesemuanya ada di Malang. Tahun ini, ia berencana nambah lima outlet. Bisnis yang dikelolanya ini belakangan berkembang ke minuman. Alasannya sederhana, kalau orang makan bakso pasti butuh minum.
“Saya coba beli daun teh setengah matang dari pemasok, saya kelola sendiri lalu saya mix dengan yoghurt (susu fermentasi). Ada rasa lemon tea, stoberi, dan cokelat,” ujar pria yang bermukim di Jl Panji II Kepanjen ini.
Per kemasan atau segelas teh yoghurt ukuran 250 ml dijual seharga Rp 2.000-2.500. Jumlah karyawan yang bekerja padanya kini tak kurang dari 50 orang, termasuk untuk outlet bakso dan teh yoghurt.
Setiap harinya, ia bisa menghabiskan 20 kg daun teh kering untuk diproduksi atau menjadi 70 gelas. Gula yang dibutuhkan 4 kg per outlet per hari. Sedangkan kebutuhan daging untuk bakso sekitar 20 kg per hari.
“Usaha bakso tetap akan jadi core business saya karena omzetnya besar. Kalau teh hanya sampingan. Ke depan, saya akan tambah mitra di kota-kota besar, seperti Surabaya dan Sidoarjo,” lanjut Victor.
Ia mengaku, jalan yang ia tempuh dari hasil kerja kerasnya kini membawa keberuntungan yang luar biasa di usianya yang masih belia. “Saya tidak tahu jika dulu saya mengikuti anjuran ayah untuk sekolah di kepolisian apa ‘omzet’nya akan sebesar ini. Keluarga besar saya semua di jalur angkatan bersenjata. Tapi saya tidak minat mengikuti jejak tersebut,” yakinnya.
Untuk perluasan usaha, Victor masih enggan mengajukan kredit kemana-mana. Pakai modal pribadi dan pinjam orangtua masih memungkinkan. “Toh bapak saya dapat fasilitas kredit dari bank, yakni kredit kepolisian. Saya pinjam dari situ juga,” pungkasnya.